KOROSI
1.
Tujuan
Untuk mengetahui
peritiwa korosi pada paku.
2.
Dasar Teori
Korosi
adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya. Definisi
lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab
korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan kecepatan laju korosi suatu logam.
Suatu logam yang sama belum tentu mengalami kasus korosi yang sama pula pada
lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan yang
sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama.
Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1. Faktor
Metalurgi
Faktor
metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan
terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi,
jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat
menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang
termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a. Jenis
logam dan paduannya
Pada
lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi. Sebagai contoh,
aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa,
sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b. Morfologi
dan homogenitas
Bila
suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan tersebut
akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada tiap
daerahnya.
c. Perlakuan
panas
Logam
yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau perubahan
fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap baja
tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas
butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja
tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa.
Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu terjadinya
korosi retak tegang.
d. Sifat
mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan
suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah proses
fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki tegangan
sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.
2. Faktor
Lingkungan
Faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a. Komposisi
kimia
Ion-ion
tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang
berbeda-beda. Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif
yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif
mengakibatkan korosi. Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen
paduan terhadap ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
b. Konsentrasi
Konsentrasi
dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi kecepatan korosi yang
terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda
dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan
encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi
terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
Suatu
logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan terbagi
menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk pada media
dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media dengan
konsentrasi O2 yang tinggi.
c. Temperatur
Pada
lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika
reaksi kimia akan meningkat.
Gambar
berikut menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe. Semakin
tinggi temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan
kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju
korosi akan mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu
sistem tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang
terlarut.
d. Gas,
cair atau padat
Kandungan
kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas, bila
lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya pada
pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga
dapat berbeda-beda. Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat
dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan
proteksi katodik.
e. Kondisi
biologis
Mikroorganisme
seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi mikrobial
terutama sekali pada material yang terletak di tanah. Keberadaan mikroorganisme
sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi kecepatan korosi pada
suatu material.
Pengendalian korosi
Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan tetapi,
proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink).
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak
7. Sacrificial protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink).
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak
7. Sacrificial protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
3.
Alat dan bahan
a. Alat : -Gelas aqua 8 buah -Larutan Garam -Larutan Cuka
-Paku 8 buah -Air -Oli
4.
Cara Kerja
a.
Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
b. Siapkan
tabel hasil pengamatan seperti berikut.
Aqua gelas
|
Perubahan yang terjadi pada paku
hari ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
A
|
||||||||
B
|
||||||||
C
|
c. Beri identitas aqua gelas tersebut dari A-H
d. Perlakuan paku setiap aqua gelas sebagai berikut:
Pada aqua gelas A: diisi paku dan air biasa
Pada aqua gelas B: diisi paku dengan keadaan terbuka
Pada aqua gelas C: diisi paku dan larutan cuka
Pada aqua gelas D: diisi paku dan larutan garam
Pada aqua gelas E: diisi paku yang diolesi oli
Pada aqua gelas F: diisi paku yang diolesi oli dimasukan ke larutan
cuka
Pada aqua gelas G: diisi paku yang diolesi oli dimasukan ke larutan
air garam
Pada aqua gelas H: diisi paku yang diolesi oli dimasukan air biasa
f. Kemudian amati dan catat perubahan
yang terjadi selama 1 minggu
5.
Pengamatan
Aqua gelas
|
Perubahan
yang terjadi pada paku hari ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
A
|
Belum terlihat
berkarat
|
Belum terlihat
berkarat
|
Belum terlihat
berkarat
|
paku terlihat mulai berkarat
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
paku sangat berkarat
|
B
|
Belum terlihat
berkarat
|
Belum terlihat
berkarat
|
paku terlihat mulai berkarat
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
paku sangat berkarat
|
C
|
paku
terlihat mulai berkarat
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat semakin banyak
|
paku sangat berkarat
|
D
|
Belum terlihat
berkarat
|
paku terlihat mulai berkarat
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
karat
semakin banyak
|
paku
sangat berkarat
|
E
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
karat
sudah terlihat
|
paku
berkarat
|
F
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
karat
sudah terlihat
|
paku
mulai berkarat
|
karat semakin
banyak
|
G
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
karat
sudah terlihat
|
paku
mulai berkarat
|
karat semakin
banyak
|
H
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
Belum terlihat berkarat
|
karat
sudah terlihat
|
karat semakin
banyak
|
6.
Pembahasan
Dari
teori yang ada, kentang mengalami perubahan ukuran tetapi pada hasil percobaan
ukuran kentangnya tidak kami ukur. Hal ini terjadi kerena sifat larutan yang
hipertonis maupun hipotonis terhadap kentang.
Pada
gelas 1 (larutan ) berat kentang menjadi
lebih ringan disebabkan karena kentang yang hipotonis terhadap larutan garam.
Sehingga air yang ada pada kentang keluar dari sel – sel kentang menuju larutan
glukosa.
Pada
gelas 2 (larutan ) berat kentang juga
menjadi ringan namun tidak sama seperti kentang pada gelas 1. Ini dikarenakan
sifat hipotonis dari kentang pada gelas 2 lebih rendah jika dibandingkan dengan
kentang pada gelas 1. Sehingga intensitas air yang keluar dari sel – sel
kentang pada media ini tak sebesar pada kentang di gelas 1.
Pada
gelas 3 (air) berat kentang bertambah berat dan ml larutan menjadi lebih
tinggi. Ini disebabkan karena air larutannya masuk kedalam kentang dan kentang
menjadi lebih berat.
Data pengamatan pertama kami sesuai
dengan teori namun data yang kedua tidak sesuai. Faktor ketidaksesuaian data
kedua kami dengan teori mungkin salahnya pada saat menimbang atau kentang yang
sudah terkena basah air.
7.
Kesimpulan
Osmosis
merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerah dimana air
lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit .
Dari
data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kentang yang mengalami
penambahan berat terjadi karena larutan bersifat hipotonis terhadap kentang.
Sedangkan jika terjadi pengurangan berat karena larutan bersifat hipertonis
terhadap kentang. Keras lunaknya kentang bergantung pada konsentrasi larutan.
Semakin hipertonis larutannya, maka semakin lembek kentangnya, juga semakin
banyak pengurangan beratnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar