Sabtu, 09 April 2016

Resensi Movel "Magic Hour"

Keajaiban Magic Hour


Judul                                     : Magic Hour
Penulis                                 : Tisa TS dan Stanley Meulen
Penerbit                              : Loveable
Tahun Terbit                      : 2015
Tempat Terbit                   : Jakarta
Jumlah Halaman               : 223


                Novel ini bertemakan harus memilih cinta atau persahabatan dan mengajarkan kita tentang arti hidup, yaitu bagaimana mandiri, tegar dan kuat. Raina, sang tokoh utama saudara tiri Gwenny dari panti asuhan. Meski begitu mereka sangat akrab, sudah seperti sahabat atau bahkan saudara kandung. Sejak kecil mereka tinggal bersama ibu Gweny, Flora. Raina bekerja di toko bunga milik ibunya Gweny, Tante Flora. Dalam cerita, Tante Flora berbahasa sunda sehingga novel ini mendukung pelestarian budaya daerah.
                Suatu waktu, Tante Flora meminta Gwenny untuk bertemu dengan Dimas. Ia ingin menjodohkan Gwenny dengan Dimas yang merupakan anak dari sahabatnya, Cindy. Gwenny merasa keberatan dijodohkan dan menganggap ibunya terlalu kolot tapi karena tidak ingin menyakiti perasaan ibunya, dia meminta Raina untuk berpura-pura menjadi dirinya.
                Raina awalnya enggan memenuhi permintaan Gwenny tapi akhirnya Raina bersedia mengiyakan. Ternyata setelah bertemu dengan Dimas, Raina merasakan bagaikan magic hour, momen penuh keajaiban yang mampu melepas rasa sedih, membuka mata dan menerangi jalan yang ditempuh Raina. Sebelum bertemu Dimas, magic hour Raina adalah saat hujan turun. Bisa juga berarti, selalu ada keajaiban dalam cinta. Sayangnya rasa cinta yang dirasakan Raina terhadap Dimas justru membuatnya bimbang, bahkan panik. Karena ada cinta lain yang menantinya sejak kecil, yaitu cinta sahabatnya, Toby. Raina tidak mau kehilangan Toby dan ingin bersahabat saja, tapi dia sadar sudah menyakitinya. Di sisi lain, Dimas bukanlah pria yang tepat untuk Raina dan akhinya ia dibenturkan pada pilihan cinta atau persahabatannya. Hingga sebuah nasib buruk menghampiri Raina, ia kehilangan penglihatannya.  

                Dalam penulisan di novel tersebut tidak berbelit-belit dan mudah dipahami. Kita juga disuguhkan dengan gambar-gambar tokoh-tokohnya jadi kita berkhayal sambil membaca. Penulis berhasil menyampaikan pesannya dalam novel ini dan berhasil membawa suasana haru hingga air mata pembaca terjatuh yang pada akhirnya Dimas meninggal dan Raina kembali sembuh kemudian menikah dengan kembarannya Dimas. Terkesan membingungkan ketika di akhir cerita tiba-tiba Dimas mempunyai kembaran, yang sama sekali tidak disebutkan diawal atau pertengahan cerita. Jika memang pada akhirnya alur cerita Raina menikah dengan kembaran Dimas, kenapa tidak dimunculkan didalam alur cerita sebelum nya? Mungkin bukan saya saja yang bingung, pembaca lain pun mungkin saja bertanya-tanya. Terlalu banyak bab juga pada novel ini padahal cerita tiap babnya pendek. Sampulnya juga kurang menarik untuk membaca bagian dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar