Jumat, 08 April 2016

Sastra Balai Pustaka Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR



                Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia rahmat dan hidayahNya, makalahini dapat kami buat dengan baik sehingga harapannya dapat di terima dan di pahami secara bersama.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Lilis selaku guru pembimbing pengajar bidang studi Bahasa Indonesia.
            Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya dengan kerendahan hati kami meminta maaf  jika terdapat kesalahan dalam penulisan atau penguraian makalah kami


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A.    Latar Belakang Masalah .................................................................1
B.     Rumusan Masalah ...........................................................................1
C.    Manfaat ...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................2
A.    Latar Belakang ...............................................................................2
B.     Pengertian dan Pembahasan ...........................................................3
C.     Karakteristik ...................................................................................4
D.    Tokoh-tokoh beserta hasil karya ....................................................5
E.     Karya fenomenal beserta sinopsisnya ............................................7
F.      Biografi Pengarang .........................................................................8
BAB III PENUTUP .......................................................................................9
A.    Kesimpulan .....................................................................................9
B.     Saran ...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................10


BAB I PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Kami membuat makalah ini sebagai tugas dan kami ingin mengetahui mengenai Angkatan Balai Pustaka.
Masalah:
1.    Apa yang dimaksud Sastra Balai Pustaka?
2.    Untuk apa mengembangkan bahasa-bahasa di tanah air?
3.    Bagaimana penggambaran cerita Balai Pustaka?

B.  Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang akan kita bahas.
1.    Pengertian Balai Pustaka.
2.    Tujuan didirikannya Balai Pustaka
3.     Karakteristik Balai Pustaka

C.    Manfaat

1.    Sebagi sumber informasi yang berguna dalam menamba pengetahuan dan wawasan.
2.    Sebagai sumber  informasi yang sangat berguna  untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II PEMBAHASAN
Latar Belakang
            Dalam sejarahnya awal mula Balai Pustaka terbentuk ketika pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan komisi untuk bacaan sekolah pribumi dan bacaan rakyat, pada 14 September 1908 melalui keputusan Gubernemen dengan nama awal yaitu Commissie voor de inlandsche school en volkslectuur diketuai oleh Dr. G.A.J. Hazeu. Dan Balai Pustaka baru menghasilkan bacaan pada tahun 1910 yang dipimpin oleh Dr. D.A. Rinkes sampai tahun 1916 dengan tugasnya adalah memajukam moral dan budaya serta meningkatkan apresiasi sastra. Kemudian pada tahun 1917 pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan Kantoor voor de volkslectuur atau Kantor Bacaan Rakyat yaitu Balai Pustaka.
Tujuan didirikannya Balai Pustaka ialah untuk mengembangkan bahasa – bahasa seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu tinggi serta mencegah pengaruh buruk dari bacaan yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar) yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah.

Adapun usaha – usaha positif yang dilakukan yaitu mengadakan perpustakaan di tiap – tiap sekolah, mengadakan peminjaman buku – buku dengan tarif murah secara teratur, dan memberikan bantuan kepada usaha – usaha swasta untuk menyelenggarakan taman bacaan. Jadi, beberapa faktor berikut inilah yang menjadi penyebab perjalanan kesusastraan Indonesia berkembang mengikuti idiologi kolonial :

1. Pendirian Balai Pustaka telah menafikan keberadaan karya – karya terbitan swasta yang secara sepihak dituding sebagai “bacaan liar”. Karya – karya sastra yang dipublikasikan lewat surat kabar dan majalah, dianggap tidak ada.

2. Pemberlakuan sensor melalui Nota Rinkes menyebabkan buku – buku terbitan Balai Pustaka, khasnya novel – novel Indonesia sebelum perang, cenderung menampilkan tokoh – tokoh yang terkesan karikaturs.

3. Penetapan bahasa melayu mendorong munculnya sastrawan – sastrawan yang menguasai bahasa Melayu. Dan mereka datang dari Sumatera. Maka, sastrawan yang berasal dari Sumatera itulah yang kemudian mendominasi peta kesusastraan Indonesia.
Balai Pustaka merupakan suatu angkatan dalam periodisasi sastra yang terkenal dengan sebutan angkatan pembangkit karena lahir pada masa kebangkitan sastra Indonesia yaitu pada periode tahun 1920 sampai tahun 1942. Namun Balai Pustaka juga dikenal sebagai nama sebuah penerbit yang memang keberadaannya menunjang penerbitan sastra-sastra pada masa itu.Melihat kenyataan tersebut maka karakteristik yang membedakan sastra angkatan Balai Pustaka dengan sastra angkatan lainnya adalah: karya-karyannya kebanyakan bertemakan kawin paksa, memuat pertentangan paham antara kaum tua dengan kaum muda, unsur nasionalitas yang terkandung dalam karya sastra belum jelasm, peristiwa yang diceritakan hanya merupakan realitas kehidupan, analisis psikologi dalam karya sastra masih kurang, karya-karya angkatan Balai Pustaka bersifat didaktis, bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu umum, serta yang paling membedakan sastra angkatan Balai Pustaka dengan angkatan lainya yaitu genre asil karyanya berupa novel, pantun dan syair. Angkatan Balai Pustaka bisa disebut masa dimana proses modernisasi karya-karya sastra terjadi. Dimana tidak lagi terpaut oleh budaya-budaya melayu yang kental.
Balai Pustaka merupakan suatu angkatan yang sangat berpengaruh kepada perkembangan perpustakaan baru terutama yang tertulis dengan huruf latin (Usman, 1979: 15). Hal itu tercermin dengan pindahnya pusat perhatian orang-orang yang berminat kepada kesusastraan ke Balai Pustaka (Jakarta) yang berpengaruh pada perkembangan bahasa dari bahasa melayu baru (yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa daerah dan bahasa surat kabar) kemudian menjelma menjadi bahasa Indonesia.


Karakteristik

- Ciri atau karakteristik sastra pada masa itu. Umumnya karakteristik sastra suatu periode dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: (1) situasi dan kondisi masyarakat, (2) sikap hidup dan cita-cita para pengarang, dan (3) sikap dan persyaratan yang ditentukan oleh penguasa atau pemerintah. Ciri – ciri atau karakteristik karya sastra prosa Angkatan Balai Pustaka:

§ Menggambarkan persoalan adab dan kawin paksa termasuk permaduan. Masyarakat (terutama kaum ibu) beranggapan bahwa perkawinan urusan orang tua. Orang tua memiliki kekuasaan mutlak dalam menentukan jodoh anaknya.

§ Bersifat Kedaerahan

§ Tidak bercerita tentang Kolonial Belanda

§ Kalimat – kalimatnya panjang dan masih banyak menggunakan perbandingan – perbandingan, pepatah, dan ungkapan – ungkapan klise.

§ Corak lukisan adalah romantis sentimental.


Tokoh-tokoh pengarang beserta hasil karyanya
Menurut Rosidi (1986: 37) tokoh-tokoh yang termasuk dalam angkatan Balai Pustaka diantaranya adalah:
1.      Nur Sutan Iskandar 
Lahir di Maninjau tahun 1893
Hasil karyanya:

a.      Karangan asli
Salah pilih (dikarang dengan nama samaran Nur Sinah tahun 1928), Karena Mertua (tahun 1932), Hulubalang Raja (novel sejarah oleh Teeuw dipandang yang terbaik), Katak Hendak Jadi lembu, Neraka Dunia (1973), Cinta tanah Air (novel yang terbit pada jaman Jepang tahun1944), Mutiara (1946), Cobaan (1947), Cinta dan Kewajiban (dikarang bersama dengan I.Wairata).

b.      Karangan terjemahan
Anjing Setan – A. Canon Doyle, Gidang Intan Nabi Sulaiman – Rider Haggard, Kasih Beramuk dalam Hati – Beatrice Harraday, Tiga Panglima Perang - Alexander Dumas, Graaf De Monto Cristo – Alexander Dumas, Iman dan Pengasihan – H Sien Klewiex, Sepanjang Gaaris kehidupan – R Casimir.

c.       Karangan saduran 
Pengajaran Di Swedwn – Jan Lightair, Pengalaman Masa Kecil – Jan Lighard, Pelik-pelik Kehidupan – Jan Lighard, Si Bakil – Moliere Lavare, Abu Nawas, Jager Bali, Korban Karena Penciiptaan, Apa Dayaku karena Aku Seoarng Perempuan, Dewi Rimba

d.      Catatan harian 
Ujian Masa (21-7-1947 s/d 1-4-1948)

2.      Abdul Muis
Lahir di Minangkabau
Hasil karyannya : Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Suropati (1950) - novel sejarah, Robert Anak suropati (1953) – novel sejarah, Sebatang Kara (Hector Mallot) – karangan terjemahan.

3.      Marah Rusli
Lahir di Padang 7 Agustus 1989 dan meninggal di Bandung 17 Januari 1968.
Karya-karyanya: Siti Nurbaya (1922) – Sub judul Kasih Tak Sampai, Anak dan Kemenakan (1956), Memang Jodoh – La Harni (1952).

4.      Aman Datuk Majaindo 
Lahir di Solok pada tahun 1896.
Karya-karyanya: Si Doel Anak Betawi (cerita anak-anak), Anak Desa (cerita anak-anak), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Menebus Dosa, Perbuatan Dukun - Rusmala dewi (dikarang bersama S. Harja Sumarta), Sebabnya Rapiah Tersesat (1934), Syair Si Banso (Gadis Durhaka) terbit tahun 1931 – Kumpulan Syair, Syair Gul Bakawali (1936) – Kumpulan Syair.

5.      Muhammad Kasim 
Lahir tahun 1886
Karya-karyanya : Pemandangan Dunia Anak-anak, Teman Dukun (kumpulan cerpen), Muda Terung, Pengeran Hindi, Niki Bahtera.

6.      Tulis Sutan Sati 
Hasil karyanya:
ü  Karangan yang berbentuk novel:
Tidak Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932), Sengsara Membaaw Nikmat (1928).
ü  Cerita lama yang disadur dalam bentuk syair:
Siti Marhumah yang Saleh, Syair Rosida.
Hikayat lama yang ditulis kembali dalam bentuk prosa liris:
Sabai Nan Aluih

7.      Selasih dan Sa’adah Alim 
Selasih sering memakai nama samaran Seleguri atau Sinamin. Lahir tahun 1909
Karya-karyanya: Kalau Tak Ujung (1933), Pengaruh Keadaan (1973).
Sa’adam Alim
Karya-karyanya: Pembalasannya (1941) – sebuah sandiwara, Taman Penghibur Hati (1941) – kumpulan cerpen, Angin Timur angina Barat (Preal S. Buck) – karya terjemahan.

8.      Merari Siregar
Hasil karyanya: Azab dan Sengsara (1920)

9.      I Gusti Njoman Pandji Tisna 
Karya-karyanya: Ni Rawi Ceti Penjual Orang (1935), I Swasta Setahun di Bedahulu (1941), Sukreni Gadis Bali, Dewi Karuna (1938), I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)

10.    Paulus Supit 
Hasil karyanya: Kasih Ibu (1932)

11.    Suman H.S
Lahir di Bengkalis
Karya-karyanya: Kasih Tak Terlarai (1929), Percobaan Saetia (1931), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) – Kumpulan Cerpen.

12.    H.S.Muntu
Hasil karyanya: Pembalasan (1935), Karena Kerendahan Budi (1941)


Karya-karya fenomenal beserta sinopsisnya

1.  Azab dan Sengsara (Merari Siregar; 1920)

Tokoh utama dalam novel ini bernama Mariamin. Diawali oleh asal usul kehidupan bapaknya yang manja dan terbiasa berfoya-foya, Mariamin lahir di tengah keluarga miskin (sebab bapaknya senang menghabiskan uang dengan berjudi). Mariamin pun menjadi anak yang selalu mendapatkan ejekan dari warga kampung akibat perangai buruk si bapak. Menjelang remaja Mariamin pacaran dengan Aminuddin, seorang pemuda dari keluarga kaya. Aminuddin sampai berjanji bahwa mereka akan menikah setelah ia mendapatkan pekerjaan.

Bapak Aminuddin tentu saja tidak merestui hubungan mereka. Dengan banyak rekayasa, akhirnya si bapak berhasil memisahkan putranya dari si gadis miskin. Aminuddin pun menikah dengan gadis berada, sedangkan Mariamin dinikahi oleh seorang lelaki Medan bernama Kasibun yang ternyata tidak bisa berlaku lembut terhadap istrinya. Bosan diperlakukan kasar, Mariamin minta diceraikan dan melaporkan Kasibun pada polisi. Pasca perceraian, Mariamin tetaplah hancur hatinya sebab tak ada lagi yang bisa ia harapkan hingga ia pun meninggal dunia.


Biografi Pengarang

Merari Siregar
            Merari Siregar (lahir di Sipirok, Sumatera Utara pada 13 Juli 1896 dan wafat di Kalianget, Madura, Jawa Timur pada 23 April 1941) adalah sastrawan Indonesiaangkatan Balai Pustaka. Karyanya yang paling populer adalah Azab dan sengsara diterbitkan pada tahun 1920. Prosa berbentuk roman itu muncul saat pemerintah kolonial Belanda sedang gencar-gencarnya melaksanakan politik etis yang ditandai dengan berdirinya Conunissie Voor Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat).
            Selain dikenal sebagai sastrawan, dalam kesehariannya ia bekerja sebagai guru. Profesinya sebagai guru sedikit banyak berpengaruh pada gaya bercerita dan karya sastranya, baik karya asli maupun saduran. Penggunaan bahasa yang lancar dan rapi, ia tonjolkan dalam setiap karyanya untuk menarik pembaca. Di samping bahasa yang enak dibaca, Merari juga memberi nasihat, mengecam ketidakadilan, serta memberi pujian pada tindakan yang tidak menyalahi aturan ataupun norma yang berlaku dalam masyarakat.
            Merari Siregar merintis karirnya sebagai pendidik dengan terlebih dahulu bersekolah di sekolah guru yang dulu dikenal dengan istilah Kweekschool kemudian dilanjutkan ke Oosr en West, 'Timur dan Barat' yang berlokasi di Gunung Sahari, Jakarta. Selanjutnya pada tahun 1923, pendidikan keguruannya dilanjutkan di sekolah swasta yang didirikan oleh sebuah organisasi bernama Vereeniging Tot Van Oost En West.
            Setelah menyelesaikan studinya, Merari Siragar mengawali kiprahnya di dunia pendidikan dengan bekerja sebagai guru bantu di Medan. Dari ibukota provinsi Raja Pejuang Batak melawan Kolonialis Belanda Sumatera Utara itu, ia kemudian pindah bekerja di Jakarta, tepatnya di Rumah Sakit CBZ atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Rumah Sakit Mendirikan Indische Partij (1912) Cipto Mangunkusumo. Terakhir, ia bekerja di Opium end Zouregie di daerah Kalianget, Madura, hingga akhir hayatnya.

Karya-karyanya yang terkenal adalah
1. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. 1 tahun 1920,Cet.4 1965.
2. Binasa Karena Gadis Priangan. Jakarta: Balai Pustaka 1931.
3. Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi. Jakarta: Balai Pustaka 1924.
4. Cinta dan Hawa Nafsu. Jakarta: t.th.


BAB III PENUTUP

Kesimpulan

            Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan munculnya angkatan Balai Pustaka maka telah membuka hati para penulis untuk mau memperlihatkan hasil karyanya yang dulunya menggunakan bahasa daerah kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia sebagai ungkapan rasa bangga berbangsa Indonesia. Saelain itu, dengan munculnya angkatan Balai Pustaka maka telah membuka semangat dan kesadaran para penulis untuk mempersatukan daerah-daerahnya demi keutuhan bangsa Indonesia. Disisi lain Balai Pustaka juga dikenal sebagai nama suatu penerbit besar yang berdiri pada sekitar tahun 1920an yang pada tahun tersebut beriringan dengan munculnya angkatan Balai Pustaka. Munculnya angkatan Balai Pustaka memang disesuaikan dengan karya-karya besar yang terkenal pada waktu itu yang sebagian besar diterbitkan dari penerbit Balai Pustaka Jakarta.

            Berbicara mengenai periodisasi sastra khususnya Balai Pustaka maka tidak menutup kemungkinan kalau meninjau tentang keadaan sosial pada tahun 1920an, dimana menurut Teeuw (1980: 15) pada tahun tersebut merupakan tahun lahirnya kesusastraan Indonesia modern. Pada waktu itu para pemuda indonesia mulai menyatakan perasaan dan ide yang berbeda dengan masyarakat setempat. Perasan itu dituangkan dalam bentuk sastra namun menyimpang dari bentuk sastra melayu, jawa, dan sastra-sastra lain sebelumnya.

            Melihat kenyataan tersebut, khususnya menyangkut tentang pengkajian masalah karakteristik sastra angkatan Balai Pustaka sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Maka penulis ingin menganalisis dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang angkatan Balai Pustaka yang mencakup tokoh, karakteristik, dan hasil karyanya.


Daftar Pustaka

o   Usman, Zuber. 1979. Kesusastraan Baru Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar